Selasa, 06 November 2012

Sepakbola Sebagai Bagian dari Gaya Hidup

Permainan sepakbola dengan nilai-nilai universal yang ada di dalamnya mampu menyedot daya tarik masing-masing orang di seluruh permukaan bumi ini sehingga hampir semua orang pernah memainkan permainan ini, apakah itu untuk prestasi atau permainan yang bertujuan memperoleh ke bugaran tubuh.

Sepak bola mempunyai banyak tujuan selain untuk prestasi dan kebugaran, tujuan lain untuk sosialisasi, persahabatan dan juga mengurangi rasa jenuh atau stres.

Olahraga ini menjadi bagian dari gaya hidup yang ikut memberikan kontribusi yang cukup besar bagi perkembangan suatu masyarakat karena dengan aktif dalam permainan seperti ini masyarakat akan mendapatkan nilai-nilai positif yang ada, seperti bekerjasama dengan teman-teman dalam satu tim, mengenal tim lain yang artinya mengenal orang-orang baru, menambah kebugaran tubuh dan meningkatkan keterampilan sosial, emosional dan mental, prestise dan prestasi serta hiburan suatu masyarakat.

Jika menyusuri dari ujung barat Indonesia sampai ujung timur sudah dapat dipastikan banyak masyarakat bermain permainan ini dibuktikan dengan adanya banyak lapangan sepakbola apakah itu berstandar internasional atau tidak. Tentunya, dengan banyaknya lapangan tersebut, mengindikasikan bahwa olahraga sepakbola sudah merata dikenal dan dimainkan oleh masyarakat.

Sering dijumpai di tengah-tengah kota besar yang minim lahan untuk bermain sepak bola tidak menyurutkan mereka bermain. Alternatifnya taman-taman kota dijadikan tempat untuk bermain sepak bola walaupun bisa dikatakan itu salah. Tetapi itulah sepak bola tidak kenal tempat dan waktu karena jalan raya pun bisa dijadikan lapangan sepak bola oleh anak-anak.

Bagaimanapun juga permainan sepakbola tidak hanya sebagai gaya hidup, sepakbola juga menjadi bagian dari hiburan (sportainment) untuk anak-anak, orang dewasa dan masyarakat sehingga tercipta kebersamaan dan keceriaan.

Banyak ditemui anak-anak sampai dewasa bahkan satu keluarga menikmati akhir pekan mereka dengan bermain sepak bola bersama atau menonton sepak bola ke suatu stadion. Bahkan mulai muncul geliat nonton sepak bareng di lapangan dengan menggunakan layar lebar bersama-sama, mulai dari tengah malam sampai pagi hari.

Gaya hidup sehat, aktif berolahraga, merupakan investasi dan ciri khas masyarakat yang sehat serta produktif. Sepakbola benar-benar media yang sangat bagus karena dengan cara seperti itu akan tumbuh sumber daya manusia yang sehat dan berdisiplin serta sportif dalam bertindak dalam kehidupan sehari-hari.

PERAN KELUARGA


        Bangsa merupakan kumpulan dari keluarga-keluarga. Keluarga itu sendiri merupakan unit terkecil dalam masyarakat, dimana berfungsi sebagai tempat pertama dan utama dalam membentuk nilai pribadi atau karakter individu, sehingga peran keluarga akan sangat strategis dalam meningkatkan daya kembang individu tersebut ke dalam pembangungan bangsa. Keluarga membangun kualitas manusia. Kualitas manusia dalam arti yang utuh, yaitu mencakup segi kesehatan, pendidikan, keterampilan, sikap, karakter, dan lain-lain. Semua segi ini, menjadikan keluarga mempunyai peran sentral dalam pembentukan karakter individu dalam pembangunan bangsa.

Pembangunan bangsa atau nasional adalah pergerakan yang dilakukan dalam membangun bangsa atas dasar seluruh aspek kehidupan masyarakat dan bangsa demi mewujudkan tujuan nasional yang tertera dalam pembukaan UUD 1945. Yaitu melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia dan untuk memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan bangsa, dan ikut serta melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan perdamaian abadi dan keadilan sosial.

Keluarga mempunyai delapan fungsi. Fungsi pertama yaitu sebagai fungsi peran biologis dan regeneratif, yang artinya berperan sebagai pengatur dalam norma sosial dan agama dengan keinginan dari individu tersebut untuk hidup teratur. Fungsi kedua sebagai protektif, yang artinya keluarga melindungi seluruh anggota keluarga, dari berbagai tantangan dan hambatan, dimana keluarga dapat mendiskusikan berbagai persoalan yang dihadapi anggota keluarga sebagai masalah bersama.

Fungsi ketiga sebagai ekonomis, yang artinya keluarga berperan dalam mempersiapkan bekal anak tidak semata-mata dalam bentuk materi namun juga pendidikannya, sehingga akan didapat generasi penerus yang dapat meningkatkan pembangunan bangsa. Fungsi keempat adalah psikologis afeksional, yaitu keluarga yang menciptakan kedamaian dan ketentraman dalam menjalani kehidupan.

Fungsi kelima sebagai sosialisasi keluarga yaitu menunjukkan anak yang berhasil menemukan jati dirinya akan memenangkan persaingan luar dengan keterampilan sosial yang perlu dikembangkan. Fungsi keenam adalah sebagai peran edukatif dimana pendidikan yang utama didapat dalam keluarga, setelah itu baru sekolah dan masyarakat.

Fungsi selanjutnya adalah sebagai rekreatif, hal ini dimaksud untuk mengahadapi kepenatan, kejenuhan dan frustasi yang dialami oleh anak atas permasalahn yang dihadapi. Fungsi terakhir adalah sebagai religius keluarga yang bermanfaat dalam mengarahkan dan memperkokoh keyakinan beragama untuk menjadikan anak saleh.

Pemuda dan perannya sebagai agen perubahan bangsa Indonesia


 Sejarah perjalanan bangsa Indonesia tidak lepas dari keberadaan dan peran pemuda. Peran pemuda sangat jelas terlihat pada awal perjuangan kemerdekaan, masa kemerdekaan, dan pascakemerdekaan.  Kiprah pemuda di Indonesia diawali pada 1908 yang ditandai dengan berdirinya Budi Utomo. Semangat kebangkitan ini mengkristal dengan dideklarasikannya Sumpah Pemuda pada 28 Oktober 1928.
Peristiwa ini menjadi catatan penting dalam mempersatukan pemuda dan perjuangan bangsa secara terpadu. Sumpah Pemuda meletakkan arah dan tujuan perjuangan menentang kolonialisme. Sumpah Pemuda juga menjadi genealogi-politik menuju Proklamasi Kemerdekaan Republik Indonesia pada 17 Agustus 1945.
Pada hari Minggu 28 Oktober 1928, selayaknya tidak hanya disebutkan sebagai Hari Sumpah Pemuda, melainkan juga hari lahirnya bangsa Indonesia. Sumpah Pemuda tidak lain sebuah factum unionist atau akta lahirnya sebuah definisi bangsa berikut unit geografi politiknya (tanah air Indonesia) dan identitas nasional (bahasa Indonesia dan simbol merah putih).
Kepada anak bangsa sebagai generasi penerus perlu membaca ulang makna Sumpah Pemuda dengan jiwa dan semangat kebangsaan serta keinginan bersatu yang tinggi. Seperti pandangan Keith Foulcher (2008) yang menyoroti proses perkembangan Sumpah Pemuda sebagai suatu simbol nasional yang penting sejak 1928 hingga sekarang. Dalam pemahamannya, Sumpah Pemuda yang kita kenal sekarang, merupakan suatu hasil dari akumulasi nilai-nilai yang disisipkan dan dititipkan sejak peristiwa 84 tahun silam itu.
Ketika itu dalam dada kaum muda ada sebuah ikon untuk mengusir Hindia Belanda. Ini merupakan sebuah cikal bakal sebuah bangsa yang otonom dan mandiri. Sumpah Pemuda merefleksikan adanya unsur rakyat Indonesia yang ketika itu mengihktiarkan sebuah negara yang merdeka, keluar dari ketertindasan oleh penjajah kolonial Belanda.
Berbagai peristiwa menjadikan bukti nyata bahwa pemuda selalu menjadi garda terdepan dalam usaha-usaha perbaikan bangsa. Benang merah dari berbagai peristiwa tersebut, bahwa pemuda Indonesia selalu menempatkan dirinya sebagai agen perubahan (agent of change) bagi negerinya. Konsepsi peranan ini menempati pikiran dan tindakan mereka untuk selalu menggelorakan perubahan pada bangsa ini.
Namun sayang, Sumpah Pemuda sejak tahun 1928 itu telah dipolitisasi dari masa ke masa. Pemuda dijadikan alat politik untuk mengejar kekuasaan. Selayaknya dibutuhkan proses penyadaran terhadap pemuda agar bersikap kritis. Ikut membangun bangsa dan negara melalui keahliannya masing-masing. Jangan sampai diperalat untuk kepentingan penguasa yang hanya mencari keuntungan pribadi atau kelompok. Di tangan pemuda, sebuah perubahan bisa terjadi. Sebab, daya imajinasi, kreasi, dan inovasi senantiasa melekat pada semangat generasi muda.

Hanya pemuda yang suka perubahan bakal meraih kesuksesan. Sementara mereka yang tidak mau berubah akan tetap terpuruk dan menjadi orang tertinggal. Begitulah ungkapan yang pernah dilontarkan Pendiri Rumah Perubahan Rhenald Kasali.

“Pemuda mencintai perubahan karena seiring dengan pola berpikir mereka yang terus berkembang.Termasuk, kapasitas mereka dalam mengasah potensi dan bakat mereka agar terus mencapai perubahan atau kesempurnaan,” kata Rhenald, Sabtu 27 Oktober 2012

Sebab, upaya melakukan perubahan memang tidak pernah bisa dilepaskan dari karakter kalangan muda. Daya imajinasi, kreasi, dan inovasi senantiasa melekat pada semangat generasi muda. Karena itu, tidak heran jika Presiden Pertama Indonesia Soekarno dalam sebuah pidatonya secara tegas mengatakan peran pemuda yang bisa diandalkan untuk melakukan perubahan.

Bung Karno hanya membutuhkan 10 pemuda untuk mengguncang dunia. “Beri aku 1.000 orang tua,niscaya akan kucabut Semeru dari akarnya.Beri aku 10 pemuda, niscaya akan kuguncangkan dunia.” Kalimat Bung Karno tersebut merupakan gambaran bagaimana kedahsyatan pemuda sebagai agen perubahan. Tentu saja,pemuda yang dimaksud ialah mereka yang berpikiran positif, dan berprestasi.

Saat ini ini populasi pemuda Indonesia mencapai 64 juta orang (berdasarkan Sensus Penduduk 2010). Angka ini setara dengan 15 kali populasi Singapura. Jika populasi yang besar ini bisa dimanfaatkan secara maksimal, bukan tidak mungkin semakin banyak pemuda Indonesia yang bisa berbicara di kancah global. Pemuda memiliki peran sangat penting dalam mendukung kemajuan suatu bangsa.

Betapa tidak, dengan besarnya energi, talenta dan kreativitas yang dimiliki, pemuda sangat mungkin menjadi agen perubahan bagi negara. Dengan besarnya potensi dan energi yang dimiliki,pemuda memang sangat mungkin untuk menjadi agen perubahan dan kemajuan bagi sebuah negara. Buktinya kini, tidak sedikit pemuda Indonesia yang berhasil mengharumkan nama bangsa berkat keahliannya.

Bahkan, dengan berbagai kemampuan dan prestasi yang berhasil diraih, beberapa dari mereka mampu membuat nama Indonesia diakui di kancah global. Kini, tidak sedikit anak muda Indonesia yang berhasil meraih berbagai prestasi di dunia internasional. Sebut saja Rio Haryanto, pembalap GP2 yang saat ini menjadi satu-satunya pembalap Indonesia pemegang lisensi Formula 1 (F1).

“Saya selalu berusaha untuk fokus dan optimistis dalam mengejar citacita yang saya impikan,” ujar Rio.

Lalu, ada nama Tania Gunadi, Mojang Bandung yang sukses menjadi salah satu aktris ternama Hollywood. Kesuksesan Nia—begitu dia biasa disapa— menjadi aktris ternama seperti saat ini, bukanlah hal mudah yang dapat diraih. Dia harus bekerja paruh waktu di restoran cepat saji sambil bersekolah. Menurutnya, selain selalu berpikir positif kunci suksesnya adalah tidak pernah menolak peran yang diberikan. “Karena dengan selalu positif aku merasa lebih gampang untuk menjalankan pekerjaan ini,”ujarnya.

Menurut pengamat sosial Universitas Indonesia Devie Rachmawati, populasi pemuda yang sangat besar bisa menjadi sebuah berkah demografi yang pantas disyukuri. Hal ini mengingat di sejumlah negara Eropa dan Jepang jumlahnya mengalami penurunan produktivitas karena jumlah orang tua yang besar dan tingkat produktivitas pemudanya menurun.

“Namun,jumlah besar ini bisa menjadi bencana demografi jika kualitas pemuda Indonesia kurang menjanjikan,” jelas Devie yang juga menyarankan agar pemerintah mempunyai grand design yang jelas tentang arah pembangunan ke depan.

Sebab, pemuda sebagai bagian dari potensi pembangunan perlu diberdayakan agar mampu berkiprah dalam memajukan bangsa, dan mereka siap menghadapi tantangan global.

Pembangunan Masyarakat Kota dan Desa dalam Membangun Bangsa

      

Pembangunan masyarakat desa pada hakekatnya bertujuan meningkatkan taraf hidup masyarakat secara keseluruhan agar lebih baik, lebih menyenangkan dan mengenakkan warga masyarakat dari keadaan sebelumnya. Mencapai kesejahteraan, itulah yang menjadi tujuannya.
Pembangunan masyarakat desa dan tujuannya selalu dikaitkan dengan masalah "kemiskinan", yang dialami oleh sebagian "masyarakat" dalam kategori "masyarakat desa", dan lebih khusus lagi "masyarakat" nelayan dan petani kecil."Hambatan dalam pelaksanaan "pembangunan masyarakat desa" di negara-negara Dunia Ketiga, antara lain adalah keadaan penduduk yang sangat "miskin", kebodohan dan pengalaman-pengalaman mereka yang serba menyusahkan dan menyedihkan di masa lampau, menyebabkan para petani dan nelayan pada umumnya dicekam rasa takut, menjadi apatis, berserah diri pada nasib (yang jelek), tidak ada keberanian untuk mencapai prestasi secara individu, tidak ada keberanian menanggung resiko untuk merubah nasib mereka yang bagaikan berada di dalam rawa-rawa yang memerlukan pertolongan dari luar untuk menariknya.
            Sebenarnya, apa yang dinamakan "miskin" di manapun akan memperlihatkan wajah atau raut muka yang sama. Mereka yang hidup "miskin" di perkotaan, memiliki atribut ke"miskin"an yang tidaklah berbeda dengan sobat-sobat mereka di pe"desa"an. Hanya ada sedikit kelainan dalam hal hubungan-hubungan sosial-ekonomi. Dan lingkungan hidupnya barangkali memberi kekhasan bagi ke"miskin"an di perkotaan. Antara lain dapat disebutkan adanya heterogenitas kelompok "miskin", hubungan sosial-ekonomi yang relatif 'ketat' dari pada di pe"desa"an dan ke"miskin"an di perkotaan, ini seringkali berkaitan erat dengan kriminalitas dari perilaku kekerasan dalam "masyarakat" kota.
            Tingginya tingkat "kemiskinan" di daerah perkotaan, yang relatif lebih tinggi dari pada daerah pe"desa"an, antara lain disebabkan oleh makin derasnya arus migrasi penduduk "miskin" dari pe"desa"an ke daerah perkotaan. Arus migrasi yang makin besar ini didorong oleh beberapa kesenjangan sosial ekonomi antara kota dan "desa". Makin besar perbedaan laju perkembangan/"pembangunan" antara kota dan "desa", serta makin kurang meratanya "pembangunan" antara kota dan "desa" menyebabkan kesenjangan ekonomi dua wilayah itu makin besar. Perkembangan dan"pembangunan" di daerah perkotaan tidak mempunyai kaitan dan sering tidak secara sadar dikaitkan dengan perkembangan dan "pembangunan" daerah pe"desa"an. Terjadi suatu disintegrasi antara dua wilayah yang berdampingan.
        Secara kasat mata, kesuksesan sebuah negara sering dilihat dari baiknya infrastruktur di kota-kota besar negara itu. Bangunan yang tinggi dan megah, tata kota yang rapi dan bersih, pengaturan tata ruang yang menawan juga pemenuhan pelayanan dasar masyarakat seolah menggambarkan kesejahteraan negara. Tengok saja ibu kota negara-negara yang ada. Seluruh ibu kota ditata apik dengan mengupayakan pemandangan infrastruktur yang megah, menawan dan pemandangan yang membuat kita yakin bahwa penduduknya sejahtera dan makmur.  
            Upaya  mewujudkan citra sejahtera, tidaklah cukup lewat penampilan ibu kota negara yang megah dan menawan. Pemerataan pembangunan di kota maupun di desa pun perlu dilakukan. Pemerintah Indonesia lewat program pembangunan nasional berupaya mewujudkan kemakmuran dan kesejahteraan rakyat dengan meningkatkan pertumbuhan ekonomi, meningkatkan kesejahteraan dan meningkatkan kualitas lingkungan. Pembangunan nasional Indonesia ini dilaksankan melalui strategi pro growth, pro poor, pro job, dan pro environtment yang terbagi-bagi pada setiap kementerian dan lembaga dalam program kerja jangka panjang yang berkelanjutan. Sebagai salah satu kementerian negara, Kementerian Pekerjaan Umum pun melakukan berbagai upaya pembangunan untuk ikut mensukseskan program pembangunan nasional. Dengan sekitar 17.000 pulau dan jutaan desa di seluruh nusantara, Indonesia harus dapat menjangkau wilayah-wilayah termiskin untuk memastikan bahwa penduduk di sana pun menikmati peluang yang sama untuk bertumbuh dan berkembang. Kemiskinan tanpa memiliki penghasilan merupakan masalah serius terkait dengan malnutrisi dan tingkat kematian ibu, kurang mencukupinya akses ke air bersih dan sanitasi, serta hasil pendidikan. Selain itu, ketidakseimbangan semakin meningkat dan kesenjangan antar wilayah tetap tinggi. Pengentasan kemiskinan menjadi prioritas bagi Indonesia.